SEEKOR UNTA, PADANG GERSANG DAN OASE
Rembulan tak jemu mengejar matahari
Matahari tak lelah tuk lari dari sang rembulan
Pagi, petang, sore, siang
Semuanya indah apalagi fajar
Alunan ayatmu begitu membuka mata hati
Memberikan setetes embun di padang hati yang gersang
Burung-burung berkejaran
Menanti mata celik kita
Tuk tampilkan keindahannya
Andai kudapat berkata
Bangun, lihatlah indahnya fajar yang kian menyingsing
Senang, riang, selalu ceria
Burung yang menakjubkan
Seekor unta terus berjalan
Menapaki langkah demi langkah
walau setiap langkahnya didera panas gersang
namun hati dan pikirnya selalu terdapat oase yang indah dan sejuk
aku rindu
aku rindu setetes embun sejuk yang bagai membakar hatiku
aku rindu kobaran api semangatnya
aku rindu tawa lepas bibirnya
aku rindu alunan halus suaranya
aku selalu merindukan itu
unta selalu ingin lepas dari padang gersang
itulah yang kurasakan sekarang
menuju ke oase kehisupan abadi
Minggu, 06 September 2009
Selasa, 01 September 2009
EVOLUSI
EVOLUSI
Hari kusam tiba menghinggap
Tak berkesempatan menghindar
Memaki penuh ranah
Merusak hawa dingin
Yang perlahan menjadi hangat
Meluap dan meringkap naik
Meletup-letup hingga mulutku kaku
Kaki kiku, hati tinggi, panas dan ganyang
Hinaan ini tersingkap hari demi hari
Kacang banyak biji, kupas mengupas kulitnya
Seakan tinggi meliuk tabir awan kesingkap
Menyayat apa yang bisa disayat
Memekakan relung yang perlahan longsor
Tak kujangkau mulut lancang itu
Tak kuraih liku siluet nodanya itu
Tak kusingkap nanah busuk dalam jiwanya itu
Sampai denting waktu evolusi bermulai
Perlahan menggerogoti wajah muaknya
Dan hinaan ini hinaan kuasa
Kubalas dan pasti kubalas
Karena tak ada yang boleh melepas tabir
Dalam hal derajat ilmu pengetahuan.
Hari kusam tiba menghinggap
Tak berkesempatan menghindar
Memaki penuh ranah
Merusak hawa dingin
Yang perlahan menjadi hangat
Meluap dan meringkap naik
Meletup-letup hingga mulutku kaku
Kaki kiku, hati tinggi, panas dan ganyang
Hinaan ini tersingkap hari demi hari
Kacang banyak biji, kupas mengupas kulitnya
Seakan tinggi meliuk tabir awan kesingkap
Menyayat apa yang bisa disayat
Memekakan relung yang perlahan longsor
Tak kujangkau mulut lancang itu
Tak kuraih liku siluet nodanya itu
Tak kusingkap nanah busuk dalam jiwanya itu
Sampai denting waktu evolusi bermulai
Perlahan menggerogoti wajah muaknya
Dan hinaan ini hinaan kuasa
Kubalas dan pasti kubalas
Karena tak ada yang boleh melepas tabir
Dalam hal derajat ilmu pengetahuan.
ILMU
ILMU
Lumpur-lumpur hitam mengeriak
Melonpat penuh nanah bercampur gumpalan darah beku
Lumpur tetaplah lumpur
Nanah dan darah tetaplah nanah dan darah
Intan kusam terjepit sakit
Tak beda dengan emas yang melepuh
Juga perak setia menahan bara
Setia tak kenal tiuh ataupun rendah
Genangan air meleok diselokan
Ia senang statis berharap abadi
Tak pelik perdu memohon gontai
Isyarat kukuh tak mau goyah
Namun nyata
Intan kusam, emas yang melepuh dan perak setia
Yang akan abadi yang akan kukuh
Yang akan agung yang akan mulia
Tak ada harap menjadi mulia
Tak ada asa hidup abadi
Satu yang kuharap, kucari, kunant
Dan kurindukan kedatanganya dalam cela-celah hidup
Dalam sempitnya malam dalam lengangnya pagi
Dan dalam setiap detik helaan napas,, ILMU
Lumpur-lumpur hitam mengeriak
Melonpat penuh nanah bercampur gumpalan darah beku
Lumpur tetaplah lumpur
Nanah dan darah tetaplah nanah dan darah
Intan kusam terjepit sakit
Tak beda dengan emas yang melepuh
Juga perak setia menahan bara
Setia tak kenal tiuh ataupun rendah
Genangan air meleok diselokan
Ia senang statis berharap abadi
Tak pelik perdu memohon gontai
Isyarat kukuh tak mau goyah
Namun nyata
Intan kusam, emas yang melepuh dan perak setia
Yang akan abadi yang akan kukuh
Yang akan agung yang akan mulia
Tak ada harap menjadi mulia
Tak ada asa hidup abadi
Satu yang kuharap, kucari, kunant
Dan kurindukan kedatanganya dalam cela-celah hidup
Dalam sempitnya malam dalam lengangnya pagi
Dan dalam setiap detik helaan napas,, ILMU
TRAUMA (sebuah kebisuan dalam keterasingan)
TRAUMA
Wisata hati ini kembali terhenti
Saat dimana rel-relnya anjlok
Dan aku menjadi bagian batang gerbong
Yang ditinggal sepi penumpangnya
Perjalanan panjang hidupku terdiam
Saat kusaksikan pesawat terjun bebas menghantam tebing
Dan aku menjadi bagian kepingan-kepingan badan pesawat
Yang terlempar terbakar melesat jauh dalam jurang
menjadi bagian apalagikah diriku selanjutnya?
Mungkinkah aku menjadi bagian dari awak kapal levina I
Yang tenggelam tanpa jejak dilautan kehampaan?
Ataukah bangkai bus
yang menjadi korban bom bunuh diri, sabtu kemarin?
Aku adalah sepi, sunyi, sendiri, diam, dan kehampaan semesta
Namun aku adlah lambang kebahagiaan idealisme diriku!!
Wisata hati ini kembali terhenti
Saat dimana rel-relnya anjlok
Dan aku menjadi bagian batang gerbong
Yang ditinggal sepi penumpangnya
Perjalanan panjang hidupku terdiam
Saat kusaksikan pesawat terjun bebas menghantam tebing
Dan aku menjadi bagian kepingan-kepingan badan pesawat
Yang terlempar terbakar melesat jauh dalam jurang
menjadi bagian apalagikah diriku selanjutnya?
Mungkinkah aku menjadi bagian dari awak kapal levina I
Yang tenggelam tanpa jejak dilautan kehampaan?
Ataukah bangkai bus
yang menjadi korban bom bunuh diri, sabtu kemarin?
Aku adalah sepi, sunyi, sendiri, diam, dan kehampaan semesta
Namun aku adlah lambang kebahagiaan idealisme diriku!!
Langganan:
Postingan (Atom)